bermula pd 5 thn yg lalu,
aku memberanikan diri utk lebih memilih mencintai satu org yg berbeda. sampai sekarang,bahkan kami tidak pernah benar-benar berpisah. karena kami memang tidak pernah menyatu. kisah kami akan terus mengalir begitu saja, indah tanpa syarat...
Terkadang aku selalu berfikir, knapa hatiku, gravitasi bahasa tubuhku, pilihan hidupku, apapun yg kualami dgn cinta dan sosok yg lain, akhirnya balik-balik ke peluknya lagi...
“gimana, bisa jawab soal-soalnya?” tanyanya pada suatu siang lewat telpon.
“Duh..aku mau nangis nih. Kayaknya aku byk yg salah deh. Sampe lemes bgt badan ini mikirinnya. Aku takut gak lulus.” Jawabku sambil tidur menatap langit-langit kamar. “loh,kok ada yg aneh ya?”
“aneh knpa?” tanyanya lagi
“ini prtama kalinya kamu gak marah-marahin aku...”
Memoriku terputar tanpa dipaksa pada satu kejadian siang itu, yg akhirnya memunculkan perasaan aneh dihatiku, cinta.
Setelah itu, semua berjalan tdk sperti biasa. Dia memutuskan pergi jauh. Membawa hatiku dan hatinya. Kami menjalani hal yg brbeda sendiri, brjuang masing-masing, mngejar obsesi sendiri-sendiri, tertawa dan menangis sendiri, jatuh, hancur, dan bangkit sendiri-sendiri. Namun benang-benang halus kasat mata menarikku padanya lagi.
Malam itu, bbrapa tahun yg lalu, kami berdua, menikmati pesta kembang api piala dunia, mnciptakan satu lagi memori di otakku ttg dia. Dia msh sosok yg sama. Tak brbeda sedikitpun. Aku tak merasa kehilangan secuilpun darinya. Cara jalannya, bentuk bahunya, raut mukanya saat diam, sorot matanya saat bosan, perhatian penuhnya saat ngomong dgn orglain, cara tangannya memegang tas, wangi tubuhnya, tawa penuhnya saat senang, senyum simpulnya saat melihat kembang api, wajah ikhlasnya saat nemenin aku belanja, smuanya masih ada.
Malam itu, dia sempat mencoba menghancurkan dinding perbedaan diantara kami, kata-katanya saat itu masih kuingat jelas “setidaknya kita masih bisa nyoba dulu kan?”
Berat rasanya menjawab pertanyaan yg aku sendiri tak sanggup memutuskannya. Ingin sekali bisa dgn lantang bicara padamu “jgn takut apapun, krna aku juga mencintaimu...”
Maaf, namun aku sendiri takut, aku takut karna kita sgt berbeda, aku terlalu takut, takut menjadi jauh lebih mecintaimu.
Aku tahu kau juga merasakan ketakutan itu. Kau paham jurang perbedaan itu terbentang luas di depan kita, dan kau melihatnya. Jadi mungkin, walau kita tidak pernah membahasnya. Kau dan aku tahu, bahwa kita lebih nyaman seperti ini.
Kau menyulam asa dengan caramu sendiri. Dan aku mengumpulkan rasa dengan caraku sendiri. Saat itu, aku sedang berdiri mematung di ruang tunggu bandara dgn ponsel di telinga kanan. Kau katakan “nanti kapan-kapan kita lihat kembang api lagi ya..” aku merasakan suaramu bergetar, airmataku pun tumpah. Lalu fikiranku melayang, setidak pasti itukah akhir kisah kita ini?
Knapa malam ini aku hanya bisa terduduk, melamun dengan segelas teh menikmati hening bercampur rautmu. Karena ternyata kau masih ikhlas, tanpa beban kau katakan takut aku dimiliki org lain lagi. Aku tersenyum, iya... 3 tahun ini aku sgt lelah, seharusnya aku memang tidak perlu memilih org lain lagi dan meninggalkanmu sendiri menunggu. Walau kau tahu bagaimanapun aku akan kembali pada wangi tubuhmu lagi. Namun sayang, kita masih belum bisa memastikan, apakah kita benar-benar bisa berani menyatukan perbedaan itu..?
Selalu aja nangis pas baca tulisan yg ini. Sedih banget..
ReplyDeleteKeep writing, sarah.. ;)
perbedaan bukan utk dihindri. tidak perlu memilih orang lain, jika akhirnya akan kembali kepelukanya. akan sangat menyakitkan bg orang itu... (bim)
ReplyDeleteanswer for last question "jgn pernah memulai sesuatu klo kamu takut untuk memulai, tp apabila kamu memulai nya, jgn prnah kamu menyesali apa yg telah kamu mulai.." (dia)
ReplyDelete