Sejak beberapa tahun yang lalu
Aku memang sudah kehilangan seseorang
Tempat aku selalu mencurahkan segala isi kepala dan hati
Tempatku bernaung di tengah kegalauan
Tempatku mengeluarkan airmata dari titik yang paling dalam
Hanya dia yang pernah melihatnya
Aku memang sudah kehilangan sesosok yang selalu bertanya dengan nada yang sangat rendah dan tersenyum “kenapa…??”
Meluluh lantah
Menjadi bulir-bulir airmata yang paling dalam
Menangis tersedu-sedu hingga sulit bernafas
Meraung-raung seperti anak kecil
Sambil mendekap erat tubuhnya yang empuk
Orang ini, merubah seorang aku yang meledak-ledak, menjadi sesosok gadis kecil menangis tak berdaya melawan nasib…
Ini bukan tentang cinta…
Tapi akhirnya cinta itu yang menghancurkan segalanya
Menghancurkan hubungan yang suci
Dan terlanjur tak bisa jadi sahabat
Karena kami memang bukan sahabat…
Sekarang, dia termiliki, dan punya kehidupan sendiri
Aku juga dimiliki, dan bahagia dengan kehidupanku sendiri
Namun, tetap ada satu yang tidak nyaman…
Tidak pernah lagi aku menemukan pendengar terbaik seperti dia…
Penasehat terbaik seperti dia…
Dan bahu terbaik untuk menangis seperti miliknya…
Yang kujalani sekarang…
Ah… tak terkatakan
Bahagia, menyenangkan…
Sangat bahagia… sangat menyenangkan…
Namun, tidak pernah mampu menaklukkan amarahku…
Karena selalu beradu dengan amarah…
Tapi tetap saja, aku harus menerima baik buruknya…
Karena aku cuma kehilangan seseorang yang sangat mengerti aku disaat aku telah berkata, I do with my own way!
Dan jadilah aku seperti malam ini…
Menangis tersedu sepi sendirian di sudut kamarku
Tanpa seorang pun yang mau menyodorkan bahunya untukku…