Wednesday, October 15, 2008

Satu SoSok

Sejak beberapa tahun yang lalu

Aku memang sudah kehilangan seseorang

Tempat aku selalu mencurahkan segala isi kepala dan hati

Tempatku bernaung di tengah kegalauan

Tempatku mengeluarkan airmata dari titik yang paling dalam

Hanya dia yang pernah melihatnya



Aku memang sudah kehilangan sesosok yang selalu bertanya dengan nada yang sangat rendah dan tersenyum “kenapa…??”

Meluluh lantah kan semua amarah, emosi, gejolak

Menjadi bulir-bulir airmata yang paling dalam

Menangis tersedu-sedu hingga sulit bernafas

Meraung-raung seperti anak kecil

Sambil mendekap erat tubuhnya yang empuk

Orang ini, merubah seorang aku yang meledak-ledak, menjadi sesosok gadis kecil menangis tak berdaya melawan nasib…


Ini bukan tentang cinta…

Tapi akhirnya cinta itu yang menghancurkan segalanya

Menghancurkan hubungan yang suci

Dan terlanjur tak bisa jadi sahabat

Karena kami memang bukan sahabat…

Sekarang, dia termiliki, dan punya kehidupan sendiri

Aku juga dimiliki, dan bahagia dengan kehidupanku sendiri

Namun, tetap ada satu yang tidak nyaman…

Tidak pernah lagi aku menemukan pendengar terbaik seperti dia…

Penasehat terbaik seperti dia…

Dan bahu terbaik untuk menangis seperti miliknya…


Yang kujalani sekarang…

Ah… tak terkatakan

Bahagia, menyenangkan…

Sangat bahagia… sangat menyenangkan…

Namun, tidak pernah mampu menaklukkan amarahku…

Karena selalu beradu dengan amarah…

Tapi tetap saja, aku harus menerima baik buruknya…


Karena aku cuma kehilangan seseorang yang sangat mengerti aku disaat aku telah berkata, I do with my own way!


Dan jadilah aku seperti malam ini…

Menangis tersedu sepi sendirian di sudut kamarku

Tanpa seorang pun yang mau menyodorkan bahunya untukku…

Manusia sEndiri...

Denting sepi bernada kosong slalu mengiringi setiap lamunan…

Seperti hanya ia yang dapat menjadi pelipur laraku

Aku benci saat kabut tipis menyelimuti langit

Aku lebih menyukai panas terik

Senantiasa menyiratkan keceriaan



Kenapa selalu menjadi pertanyaan

Dalam balada hidup, tidak pernah slalu tersenyum

Bahkan pada saat semua orang diberi kenikmatan pengampunan

Aku pernah mengetahui bahwa manusia memang ditakdirkan sendiri

Akhirnya akan terkubur sepi di dalam onggokan tanah sempit berulat

Atau kita yang slalu ditinggalkan



Pada akhirnya, semua orang yang disayang dan dicinta

Akan pergi satu-persatu meninggalkan kita

Hanya ada satu yang slalu setia menjadi sahabat dalam suka maupun duka

Tempat kita menangis dan tertawa

Tempat kita mengadu asa dan harapan

Tempat kita slalu meminta

Hanya ada satu yang slalu ada, Allah...