Wednesday, September 22, 2010

Bersyukur Untuk Mereka...

Aku pernah merasa sangat jatuh dan itu adalah saat aku jauh darimu Yah…
Dulu setiap malam menyapa, aku sangat tidak suka tidur diantara ruang ketakutan yang tak bisa kutembus dengan selimut baja sekalipun…
Dan itu saat aku berada jauh darimu Bu…


Aku mencintai hidungmu, matamu, gurat pipi kerutmu, legam hitam kulitmu karena perjuangan, dan nafasmu Yah…
Aku mencintai caramu mencintaku…


Aku mencintai senyummu, sabarmu, kerut kantung matamu, bahu lelahmu, kulit perut yang tidak kencang karena mengandungku, dan nafasmu Bu…
Aku mencintai caramu memanjakanku…


Aku pernah bertanya - Ibu… untuk apa kau mengurusku hingga sebesar ini? Adakah untungmu? Sedang aku selalu dan selalu membuatmu merugi…
Lalu kau jawab, untuk waktu yang tak pernah mengenal kata ingkar, untuk momen yang nanti akan berbalik padaku. Saat engkau Nak, yang akan mengurusku di hari tua yang pasti datang.
Padahal aku Bu, belum tentu memiliki kesanggupan sempurna untuk itu. Mengurusmu sesempurna kau mengurusku…


Dan aku pun pernah bertanya, Ayah untuk apa kau bekerja siang malam mencari penghidupan untukku? Adakah untungmu? Sedang aku selalu dan selalu membuatmu marah dan cemas…
Lagi-lagi untuk waktu yang tak pernah berdusta menghampiri…
Untuk Kau menghidupiku nanti Nak, saat aku tak bisa lagi memberi apa-apa untukmu, dan untuk sebuah balasan, semoga Kau melakukan hal yang sama untuk cucu-cucuku…


Jadi demi semua nafas yang telah dikorbankan untukku, semua keringat yang telah dikucurkan hanya untuk merangkai senyumku dari kecil hingga sekarang, aku tak pernah berniat untuk berhenti meminta kepada Tuhan Maha Pemilik Kebahagiaan.
Tolong bahagiankanlah mereka sebahagia yang aku telah rasakan selama ini.
Tolong jagalah mereka, sesempurna mereka menjagaku hingga saat ini.

Sesungguhnya jika aku pernah berbuat salah, hanya karena ketidaktahuanku tentang bagaimana cara menyayangi mereka dengan benar.
Karena sesungguh-sungguhnya aku mencintai mereka dengan seluruh nafas dan jiwaku…

ayah, ayah, ayah...

Ayahku seorang yang pendiam, aku terbiasa menceritakan semuanya ke ibuku… Mungkin seorang ibu memang diciptakan lebih hangat daripada seorang ayah.


Namun ayah akan menjadi orang yang sangat aktif bicara ketika dia sedang membicarakan satu tempat : Baitullah Al-Haram, Mekkah.
Aku tidak pernah tahu persis, apa yang dialaminya disana, hanya satu hal yang aku tahu, kota suci itu telah mengubah hidupnya.


Ayah selalu cerita menggebu-gebu: Saat subuh pertama, dua telapak kaki menginjak Masjidil Haram pertama kali –kami tidak pernah melihat ayah menangis, bahkan saat ibunya meninggal– namun mama bilang : saat itu untuk pertama kalinya, didepan Masjidil Haram ayah menangis, sambil matanya menatapi tanpa sela detil mesjid itu, tujuh menara yang mengelilinginya, bebatuan marmer putih yang melapisnya, dan seolah menelan adzannya…


Satu pagi ayah cerita padaku, “Dalam telingaku terngiang seruan Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk memanggil umatNya berhaji di Baitullah setelah selesai membangun ka’bah, dalam hati ayah menjawab –ya… ya… ya… aku penuhi panggilanmu–“

Dan jantungku terasa ngilu mendengarnya…


Aku bertanya penasaran : Memangnya gimana suasana kota suci itu Yah?

Ayah tersenyum “Disana semua orang menanggalkan segalanya, harta, jabatan, status sosial. Kadang ayah sampai lupa, ini Mekkah atau surga?”
Ayah berhenti sejenak, terlihat berfikir dan mengingat-ingat.

“Ribuan orang itu semua beribadah seakan-akan dunia tidak penting lagi untuk mereka. Dan memang iya, dunia sebenarnya tidak terlalu penting. Allah sudah sangat menekankan kalau akhiratlah yang kekal. Dunia hanya jembatan untuk mencapainya. Kehidupan di surga dan neraka itulah yang lebih kekal. Jadi disana, semua orang berlomba-lomba untuk mencapai kekekalan surga. Rasanya rugi kalau ada waktu yang terbuang selain untuk ibadah selama disana.”


Lalu cerita ayah sampai pada hal yang akhirnya membulatkan keputusanku untuk kesana…
~ dan tempat ayah menangis untuk kedua kalinya, Rukun Yamani– ayah berhenti.
~ Rukun Yamani??
~ Sudut yang paling penting pada ka’bah. Sudut paling istimewa. Dalam satu riwayat, Nabi pernah bersabda bahwa setiap beliau melewati sudut ini tampak ada malaikat yang mengucapkan Amiin…. Sebagai jawaban dari doanya. Jadi sudut ini tempat yang baik sekali untuk berdoa.
~ Doa apa yang sangat ayah inginkan terkabul itu sampai menangis?
~ Ada dua, yang satu kayaknya udah terkabul, yang satu lagi Insya Allah.
Pertama, ayah ingin waktu itu kamu secepatnya segera pulang, tinggal dirumah lagi. Ayah capek ngelihat kamu dan ibumu nangis-nangisan ditelpon kalau kamu gak bisa pulang. Dan sekarang terkabul kan?
~ Yang kedua ?
~ Ayah ingin nanti kita semua ketemu disurga –yang lebih kekal.


Dan senyum ayah mengembang…