Thursday, October 25, 2007

unTiTled

kutarik simpul dirambutku
lalu kutanggalkan pakaianku
aku duduk bersila di atas tempat tidurku
kulonggarkan semua himpitan-himpitan di tubuh
subuh ini, aku duduk...
cuma sendiri...
cuma buat berpikir...

Wednesday, October 3, 2007

Catatan Resah Tengah Malam Gara-Gara Kopi

Lembayung waktu telah menumpahkan nyawa dan nafasku pada satu kerangka berpikir yg pjg tak bertepi. Aku justru lelah disaat satu hari terakhir. Terlalu byk gumpalan tanya saat malam menjawabnya, namun aku tetap tidak terpuaskan.

Kata mama, saat Ramadhan datang, nenek turun dari surga melihat kami. Aku bahkan hanya memikirkan dia sepanjang malam. Grandma, are you sit behind me when i write this? I'm sorry, i have doing a lot of mistake waktu nenek masih hidup ya...

Ini tuh gara-gara kopi yg tadi awa minum nek. Niatnya biar mata melek terus buat belajar ujian penganggaran besok. Tapi jadi beneran melek terus...

Trus kata mama,waktu megah kumandang takbir 1 syawal datang, nenek malah balik ke surga lagi ya? Kalo emg bener, bisa gak nenek ajak kakek? Awa sedih ngeliat dia sering nangis sendu sambil ngelipat lututnya dikamar...

Bukan kami gak bahagia kakek masih ada sama kami sekarang, tapi dia seperti kehilangan nafas yg slalu mendampinginya lebih dari 83 tahun di dunia, itu katanya. Awa justru lebih ikhlas dan bahagia jika dia bisa ngobrol sambil ketawa-ketawa lagi sama nenek disurga, dengan cangkir teh besar warna biru yg slalu ada diatas meja kita itu. Bisa gak dibawa?

Disana, masih ada dingin gak ya? Sedingin tatapan kosong itu stiap aku melangkah ke dalam lingkaran yang dulunya penuh dengan gelak tawa.

Lebaran nanti, pasti akan ada satu lubang besar, dan tak ada satupun kemuning yg mampu menggantinya. Jadi aku memutuskan untuk menghindar. Try to be survive in another place gak salah kan? Atau jika salah, aku mengharap ada kabut yg menutupinya agar bisa menjadi benar.

Kakekku adalah seorang yg kaku, mantan pelaut yg masih terlihat kekar walau waktu sudah menggerogoti usianya.kata orang 'Age is just a number', gak akan berarti apa-apa jika dikalahkan dengan semangat hidup. Namun akhirnya, sekuat dan setegar apapun manusia,dia akan terlihat sgt lemah bahkan jadi seperti anak kecil ketika dia kehilangan cinta sejati.
In short, lelaki tua yg kukenal tegas itu menjadi pria lemah dengan tatapan kehilangan yg mendalam sambil menahan tangis berkata “Dari 83 tahun kami bersama, cuma sekarang ini dia ninggalin aku...”

ternyata... ternyata, gak cuma rocker yg manusia, pelaut juga manusia... yg bisa nangis, yg bisa sedih. Rupanya nenek sgt berarti buat dia. Aku jadi percaya, bahwa seorang pria yang kuat pasti ada seorang perempuan hebat dibelakanganya. Tapi apa jadinya jika perempuan hebat itu pergi?

Grandma, lebaran nanti siapa yg bakal doain kami semua lagi waktu sungkeman sambil nangis?
Siapa lagi yg nanti awa telpon sambil bilang “nek, awa mau ikut -lomba ini, tes itu- doain yah...”

coba jawab saja knp detik bisa merubah dunia dalam sekejap. Jika itu konkret, suguhkan padaku saat gelombang sudah tidak menggelayuti asa. Karena jika bisa, aku ingin mengubah rasa kalut menjadi peluru yg bisa menembus segala ruang dingin di beberapa lapis udara...

aku slalu mencoba menggambarkan bahwa udara kosong itu suatu waktu akan mempunyai nyawa, perasaan, pikiran. Agar aku bisa mengartikannya dengan mudah.

Kenapa kita tidak pernah tahu kapan waktu kita tiba?
Kapan kita dibawah, kapan diatas...
itu suatu keadilan atau justru suatu ketidakadilan hidup?
Jika manusia diberi hak untuk mengetahui, siapa yg bakal dapet guest list di neraka?

Ketidakadilan itu enak kok,buat kita jadi rajin ngumpulin tiket ke surga...

kamu udah punya berapa?