Friday, February 15, 2008

Puisi Untuk Tiga bELas

waktu terasa makin menghimpit
tak akan mengerti kita berharap lebih
aku menatap
di bumi
antara lorong sepi tanpa segumpal cahaya
berlubang-lubang duka terbentuk dengan sendirinya

aku gamang

hilang tumpuan

dibawah langit merah
aku meratap

ini malam terakhir, batinku...
tapi tak ada satu tinta pun tergores
mencoba bergeming,tapi tak bisa
mencoba seperti karang, namun tak mampu

jadi aku hanya tetap meratap
dibawah langit merah
tak siap dilucuti dari jiwanya yang kedua
tak siap dihinggapi oleh sang air kelopak
namun gema kekuatan terakhir masih ada
mungkin itu yang akan kugunakan sebagai pedang

dan dibawah langit merah aku meratap
berharap makna perpisahan yang sesungguhnya datang...